Radar fakta Tulungagung.Pungutan yang dilakukan pihak sekolah
disaat penerimaan anak didik baru
diduga hanya buat ajang bisnis saja.Dimana tiap tahun anak
didik harus dibebani dengan berbagai pungutan dengan berbagai alasan dengan dalih untuk membangun ini dan
itu,Dan itupun pihak sekolah demi menyelamatkan diri,komite sekolah yang di
suruh ambil alih segala bentuk kebijakan,Seperti Sekolah yang saat ini menjadi idolanya anak
didik Tulungagung SMA Negeri 1 Kedungwaru bagi siswa-siswi yang mau menjadi
murid di sekolah tersebut orang tua
murid harus siapkan jantung,
Betapa tidak seperti
PPDB tahun ajaran 2012-2013 yang telah berlalu kemarin masih menorehkan
trauma bagi wali murid yang di terima
maupun yang sudah menjadi anak didik di sekolah tersebut.
Ternyata kemerdekaan hanya ternikmati bagi kaum berkuasa,
bagi masyarakat hanya sebagai bahan pertimbangan serta korban adu domba dan
korban politik .Masyarakat harus mendengarkan janji pemerintah yang akan memberikan
kemudahan serta murahnya di dunia pendidikan hanya ‘isapan jempol’. Bahkan,
kemudahan dan murahnya dunia pendidikan yang telah digembar-gemborkan
melalui media cetak maupun media elektronik hanya omong kosong belaka. Kenyataannya,
dari tahun ke tahun PPDB yang dilakukan oleh pihak sekolah salah contoh contohnya SMA Negeri 1 Kedungwaru di duga ‘jadi’ ajang bisnis para oknum sekolah.
Sehingga dengan mahalnya sekolah
tersebut membuat sejumlah wali murid terus menjerit.
Menjeritnya para wali murid siswa baru ini lantaran nominal
yang dipatok oleh pihak sekolah dianggap mencekiknya. Misalnya,
untuk bisa masuk sekolah SMA Negeri 1 Kedungwaru pihak sekolah telah
memathok pagu mulai Rp6 juta hingga Rp12 juta.
Mereka, pada umumnya, para siswa
yang danem-nya hanyai 34 hingga 38. Ironisnya,
kebijakan tersebut disinyalir telah diamini oleh pihak Dinas Pendidikan
yang bertujuan untuk menjadikan ‘sapi perah’
para wali murid. Dengan jurus
program jalur prestasi, jalur mandiri ,bina lingkungan serta jalur gakin
menjadi andalan pihak sekolah. Sehingga,
kebijakan ‘bejat’ ini tak
henti-hentinya menjadi bahan pembicaraan masyarakat , karena kebijakan itu dianggapnya hanya
‘akal-akalan’ saja.
‘’Sebenarnya praktek seperti ini sudah berjalan lama
mas. Namun pada kenyataannya
budaya-budaya seperti ini tetap
aman-aman saja. Jadi, sudah semestinya praktek-praktek kotor
seperti itu dihentikan. Dan, sebenarnya,
semua pada dasarnya kembali pada pemimpin kita . Kalau ada
keseriusan, saya yakin pasti bisa
,’’ papar nara sumber Radar Fakta yang namanya minta disembunyikan, pekan lalu.
Disisi lain Tim Radar Fakta Mencoba mencari kebenaran
informasi yang bukan rahasia lagi bagi
warga masyarakat Tuungagung ini, tim mencoba menemui Kepala sekolah maupun
Humas sekolah tersebut ,namun entah mereka alergi dengan wartawan atau
memang bener lagi keluar setiap mencoba
menemui selalu tidak ada,lagi keluar ungkap dari salah satu pegawai sekolah SMA
Negeri 1 Kedungwaru yang kebetulan selaku wakaseknya,Dimana pihak
wakasek sendiri tidak punya kewenangan menjawab konfermasi wartawan RF hanya
Kepala Sekolah yang berwenang dan saat ini lagi keluar,Ungkapnya,,,,,,,,,,,,,,,bersambung
,(red)
No comments:
Post a Comment